"Ayu ayu"
Seraya panggilan mendayudari kulum antar bangunan bersejarah
Beribu-ribu pasang mata ada di dalamnya
kulihat pelupuk matamu nan kumis tipis
yang menjadi pelengkap induk rindu
Jiwaku meradang dengan lesung pipi merah
serta, lentik bibir diselimuti rona mawar
Kita berada di selingan bangunan ini
kursi rotan tua yang berderetan
penyelah jua dan asa
Tentang gadis ayu
tentang sepercik tampanmu
Senyumku teduh
dan tentang blankon itu; ah ̶tresno
Kita sampai sekarang berada di selingan bangunan
ini ̶di saksikan cahya senja
lalu menyisakan iringan gending Jawa
Kain merah terurai persis di pinggangku
Orang-orang dipikat hari serasa nostalgia
di penghujung langit
Mungkin kini engkau terbawa mantra jawa
gerak gemulai tari-tari itu mengantarkanmu
menuju celah ruang antar pasang-surut waktu
Engkau terpejam,
lalu menyisakan iringan gending Jawa
Kain merah terurai persis di pinggangku
Orang-orang dipikat hari serasa nostalgia
di penghujung langit
Mungkin kini engkau terbawa mantra jawa
gerak gemulai tari-tari itu mengantarkanmu
menuju celah ruang antar pasang-surut waktu
Engkau terpejam,
dingin dan hening
Menyentuh,
bergelayut senja di pelupuk matamu
Setelah pengembun terlena
mengejar jarum jam
perlahan mata beranjak alih
menuju lorong ujung pintu
Tinggal kini kau?
Masih saja duduk dengan batik poleng
Menyentuh,
bergelayut senja di pelupuk matamu
Setelah pengembun terlena
mengejar jarum jam
perlahan mata beranjak alih
menuju lorong ujung pintu
Tinggal kini kau?
Masih saja duduk dengan batik poleng
nan kumis tipis
Masih saja aku berada di tengah
melihat asaku berkeliaran menatap lesung pipimu
Duh,
hitungan pun hilang
meluruhkan tatapku yang meringkuk blankon di kepalamu.
melihat asaku berkeliaran menatap lesung pipimu
Duh,
hitungan pun hilang
meluruhkan tatapku yang meringkuk blankon di kepalamu.
Yogyakarta, 5 Mei 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar